Senin, Juli 20, 2009

AKAL MENURUT SUMUR TAUHID


Manusia adalah satu-satunya makhluk yang diberi akal oleh Tuhan dengan seonggok otak. Menurut kebanyakan orang, fungsi otak itu agar digunakan oleh manusia untuk berfikir -sendiri- dalam menghadapi kehidupan di dunia. Karena itulah manusia disebut sebagai makhluk yang paling sempurna di antara makhluk-makhluk lain, seperti binatang, jin, setan, tumbuhan, dan lain sebagainya.

Manusia juga diberi hati oleh Tuhan untuk membantu akal dalam mengambil keputusan yang terbaik. Baik dalam hal sosial, maupun dalam ritual peribadatan.

Tapi, jika direnungkan lebih jauh, akal ini seperrti tidak ada gunanya. Karena sekuasa apapun manusia menggunakan akalnya, tetap akhirnya itu hanyalah kosong. Karena akal manusia, dan seluruh makhluk dikendalikan oleh Sang Khaliq-Nya (Tuhan). Pikiran manusia adalah pikiran Tuhan. Keputusan manusia adalah keputusan Tuhan. Tuhan tidak mungkin lepas kendali atas arah jalannya setiap akal. Maka posisi manusia disini layaknya wayang kulit yang tak berdaya. Yang tak bisa berbicara, tapi dalang yang berbicara. Yang tak bisa bergerak, tapi dalang yang menggerakkan. Yang tak mengerti kisah pewayangan, tapi dalang yang berkisah. Lalu jika tangan dalang memegang wayang kulit rupa manusia dan rupa gunung, apa bedanya?

Ada lagi yang berkata, bahwa manusia adalah hewan yang bisa berbicara. Pendapat ini lucu sekali. Sepertinya lupa bahwa setiap makhluk itu mempunyai gaya bicara dengan bahasa masing-masing, begitu juga dengan tumbuhan, gunung, angin, api, air, dan lain sebagainya.

Mungkin ini sulit dipahami atau diterima. Tapi memang kenyataannya, akal tak berfungsi apa-apa jika tidak ada kehendak Tuhan. Lalu apa fungsi akal yang sesungguhnya??

Ini erat kaitannya dengan konsep takdir. Maka tugas akal adalah tetap berusaha –walau juga sudah “diusahakan” oleh Tuhan- menemukan maksud kehendak Tuhan yang sesungguhnya dalam setiap gerak-gerik kehidupan. Tetap mencoba membuktikan bahwa makhluk yang berakal lebih baik dari pada yang tidak berakal. Sehingga yang tidak berakal bisa dijadikan menjadi lebih baik oleh yang berakal.

Maka berbahagialah bagi kita, makhluk yang terpilih untuk menerima penghormatan berupa akal. Karena kitalah sebagai sarana terbaik atas terwujudnya kehendak Tuhan.

Tuhan mencintai orang-orang yang memfungsikan akalnya untuk berpikir. Berusaha membedakan antara yang salah dan yang benar. Dan mempraktikkan dengan sebaik-baiknya atas kebenaran yang sudah ditemukan. Jika ada seseorang yang tak mau menggunakan akalnya untuk berpikir, maka dia ada atau tidak itu sama saja. Lebih baik dia mati saja. Karena jika tetap ada, dia hanya menjadi makhluk sampah yang mengotori keindahan kehidupan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar