Senin, Agustus 10, 2009

SURGA DI BAWAH TELAPAK KAKI PERAWAN


Makhluk ini adalah sosok yang sensitif, juga men-sensitif-kan. Ia pintar menyimpan rahasia, tapi sangat jelas terlihat saat menyembunyikannya.

Ia rentan sekali dengan keanggunan serta mengagumkan. Semua itu memang terpancar dari sucinya kehormatan. Dan sebenarnya dengan sendirinya keanggunan itu akan menebar, walau tidak dengan ucapan yang boros dan tingkah yang merugikan.

Peran mereka di bumi ini adalah sebagai “perhiasan”. Bukan hanya perhiasan untuk suaminya kelak, tapi juga perhiasan bagi kehidupan mereka sendiri. Perhiasan dalam belajarnya, perhiasan dalam karirinya, dan perhiasan dalam bermasyarakatnya, dengan skill kecerdasan dan etika yang mereka miliki (bukan dengan “trik-trik panas”nya). Hanya saja sayangnya, hingga kini masih banyak dari mereka yang suka “berjalan di belakang” dan “berbicara belakangan”.

Penghormatan bukan hanya untuk kaum ibu. Tapi kaum perawan pun mempunyai ruang hak yang besar sebagai penghormatan bagi mereka. Penghormatan dengan menjaga kata-kata, perilaku, serta anggapan pada mereka.

Maka mulai kini harus kembali digalakkan Gerakan ”berbakti” kepada perawan, dengan lebih menghormati, mencoba mengerti apa yang mereka kehendaki, dan mengangkat mereka dari kezaliman dan ketidakadilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar