64 tahun Indonesia merdeka. Dan selama itu pula selalu dirayakan pada tanggal 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan bangsa Indonesia.
Kita lihat hingga kini sebagai adat, tiap tanggal 17Agustus selalu dirayakan dengan berbagai perlombaan serta bersuka ria, dengan pengeluaran dana yang tidak sedikit. Bahkan ada yang terkesan berfoya-foya, menguras dana besar untuk waktu 24 jam itu.
Sementara di sisi lain, di berbagai station TV serta dalam upacara selalu dikisahkan sejarah jeripayah serta kegigihan para pejuang untuk kemerdekaan bangsa. Dimana tidak ada tawa di bibir mereka. Tapi keseriusan, serta tekat baja kuat melekat di setiap detik. Sama sekali tak ada gentar di bola mata mereka, walau para kerabat merekapun gugur tergulai.
Jika ada dua orang sebagai subyek kita, si A dan si B. Si A senang sekali mengikuti perayaan berupa perlombaan, pesta, dan bernyanyi-nyanyi. (walau tentang kemerdekaan). Yang ia fikirkan hanya bagaimana bisa menang, dan bisa senang. Kemudian si B, ia selalau mengikuti sejarah para pahlawan, serta suka merenungkan nasib bangsa. Ia selalu berfikir apa yang bisa ia lakukan untuk bangsa Indonesia ini, seakan ia merasa terpanggil untuk menjadi pahlawan berikutnya, karena ia merasa kemerdekaan negeri ini belum sempurna.
Makhluk ini adalah sosok yang sensitif, juga men-sensitif-kan. Ia pintar menyimpan rahasia, tapi sangat jelas terlihat saat menyembunyikannya.
Ia rentan sekali dengan keanggunan serta mengagumkan. Semua itu memang terpancar dari sucinya kehormatan. Dan sebenarnya dengan sendirinya keanggunan itu akan menebar, walau tidak dengan ucapan yang boros dan tingkah yang merugikan.
Peran mereka di bumi ini adalah sebagai “perhiasan”. Bukan hanya perhiasan untuk suaminya kelak, tapi juga perhiasan bagi kehidupan mereka sendiri. Perhiasan dalam belajarnya, perhiasan dalam karirinya, dan perhiasan dalam bermasyarakatnya, dengan skill kecerdasan dan etika yang mereka miliki (bukan dengan “trik-trik panas”nya). Hanya saja sayangnya, hingga kini masih banyak dari mereka yang suka “berjalan di belakang” dan “berbicara belakangan”.
Penghormatan bukan hanya untuk kaum ibu. Tapi kaum perawan pun mempunyai ruang hak yang besar sebagai penghormatan bagi mereka. Penghormatan dengan menjaga kata-kata, perilaku, serta anggapan pada mereka.
Maka mulai kini harus kembali digalakkan Gerakan ”berbakti” kepada perawan, dengan lebih menghormati, mencoba mengerti apa yang mereka kehendaki, dan mengangkat mereka dari kezaliman dan ketidakadilan.
Banyak orang menganggap bahwa Analisis Wacana adalah sebuah mata pelajaran. Hingga barang siapa yang tidak pernah mempelajarinya atau kurang serius mempelajarinya, maka dianggap tidak bisa beranalisis wacana.
Kemudian banyak juga orang yang menganggap bahwa analisis wacana itu pelajaran yang sulit, bahkan membingungkan karena banyak di dalamnya istilah-istilah asing dan pembagian-pembagian. Karena itu mereka takut atau malas berdiskusi tentang Analisis Wacana.
Tapi menurut penulis, Analisis Wacana lebih tepat merupakan sikap reflek yang spontan terjadi pada manusia (manusiawi). Ada yang secara kecil (sebentar), dan ada yang secara besar (lama) dalam prakteknya. Jadi, siapapun bisa melakukannya, bahkan dengan tanpa disadarinya.
Wacana itu bisa berupa apa saja yang mempunyai kapasitas 5W 1H, walau sekecil apapun. Jika seseorang menemui suatu permasalahan kemudian memikirkannya sejenak, maka dia pun telah beranalisis wacana, walau ia tidak pernah mengikuti pendidikan itu.
Sedangkan proses Analisis Wacana sebenarnya sangatlah sederhana dan samasekali tidak sulit. Kita menemukan suatu benda/permasalahan, kemudian kita mencari tahu asal-muasal perkara itu, kemudian bagaimana proses terbentuknya perkara itu, lalu yang terakhir, apa pengaruh yang timbul darinya. Kemudian jika ingin melebar lebih jauh, kita bisa kembangkan dengan mencari tahu juga pendukung-pendukung lain, dampak buruk yang mungkin terjadi, memikirkan apa yang bisa kita sikapi dari perkara itu, dan lainnya.
Seorang bayi yang sedang digendong orang selain ibunya, dia akan berfikir bahwa orang yang menggendongnya terlihat lain dari biasanya. Bahkan mungkin cara mengangkatnya pun berbeda. Selain itu dia juga teringat pada wajah ibunya yang berbeda dengan orang yang sedang menggendongnya. Dia merasa tidak nyaman, takut, bingung, kemudian menangis. Proses yang panjang itu hanya terjadi dalam beberapa detik saja. Dan penulis sudah menamakan hal itu sebagai proses Analisis Wacana.
Maka mulai sekarang, jangan tertipu dengan kulit luar. Kita sendiri mempunyai akal yang bebas berfikir, menembus kulit, dan langsung menggapai inti terdalam, yang biasanya lebih sangat sederhana dari pada persangkaannya.
Banyak jalan menuju Roma. Tapi pasti ada juga jalan pintasnya.
Akhir-akhir ini ramai diperbincangkan tentang munculnya sebuah blog misterius di situs internet dengan alamat http://bushro2.blogspot.com , yang bertuliskan pengakuan dari seseorang yang mengaku sebagai Noordin M. Top, gembong teroris, bahwa dialah yang menjadi otak peledakan bom di hotel JW. Marriot dan hotel Rizt Calrthon Jakarta beberapa waktu yang lalu. Dan dia juga mengatas namakan tulisan itu pada Tandzim Qo’idah Indonesia.
Belum ada kepastian tentang kejujuran blog itu. Yang jelas, blog itu telah banyak menerima kecaman dan umpatan dari para pembacanya, tanpa peduli blog itu asli berasal dari Noordin M. Top atau hanya dari orang iseng.
Tetapi disini, penulis ingin bersikap ”membela” pada blog itu. Yakni tidak akan mengecam atau mencaci, tapi mencoba mengerti tujuan dan cita-cita dari tulisan itu. Kemudian setelah turut masuk kedalam jalan tujuan, penulis mencoba meluruskan apa yang seharusnya diluruskan.
Penulis blog atau para teroris itu sangat mencintai agamanya. Sampai-sampai mereka berani melakukan apapun, dan menentang serta berupaya menghancurkan segala hal yang bisa mengancam agamanya, walau sekecil apapun (menurut mereka). Mereka hanya ummat yang mencoba setia pada agamanya dan Tuhannya. Mengamalkan ajaran-ajaran yang selama ini mereka terima dari gurunya.
Itu bukan suatu hal yang buruk. Justru itu hal yang baik bagi seorang pemeluk agama dan hamba Tuhan. Tetapi tentu ada berbagai metode yang dipakai untuk mengamalkan agama secara tepat. Dan metode itu akan berbeda-beda prakteknya di keadaan yang berbeda pula. Tidak memaksakan kehendak yang pasti akan merugikan.
Penulis mengumpulkan komentarnya dengan dua segi, dari blog tersebut:
Segi Penulisan kata
Kata ”bushro” berarti pengelihatan/pandangan. Tetapi jika maksud dia adalah penyampaian kabar gembira seperti yang ia tuliskan di akhir-akhir paragraf), maka seharusnya dituliskan ”busyro”.
Kata ”amaliyat” seharusnya dituliskan ” ’amaliyah” seperti kata ”jihadiyah” dan ”istisyhadiyah”. Karena dalam bab waqf, huruf hijaiyah ta yang sukun akan nerubah menjadi ha sukun. ” ’amaliyah” sebagai maushuf(yang disifati), dan ”jihadiyah” sebagaiu shifat(sifat). Kemudian diberi tanda koma atas seperti kata ”al-Qo’idah”.
Kata ”qishoh” seharusnya dituliskan ”qishosh”(searti dengan jaza’) jika ia mengartikan dengan pembalasan yang setimpal, bukan kisah.
Kata ”Tandzim” seharusnya dituliskan ”Tandhim” seperti katanya yang lain; ”terdholimi”, jika ia artikas dengan struktur/susunan.
2. Segi isi teks
a.kata ”mereka” dalam terjemah QS. Ali ’imran itu juga bisa cocok jikaditujukan pada teroris sendiri.
b. Pernyataan ”pembalasan” dari mereka seharusnya ditujukan pada orang yang telah jelas-jelas melakukan kejahatan kepada kaum muslimin. Tidak semua orang Amerika bersalah. Karena seperti yang kita tahu bahwa banyak dari orang merika baik yang muslim maupun non muslim mengecam perusakan dan penyerangan terhadap kaum muslimin. Lagipula jika ingin melakukan pembalasan seharusnya dalam peperangan secara jantan. Kita menyerang karena musuh menyerang. Itulah perang ala Nabi. Bukan secara pengacut, menyerang musuh yang tidak berdaya, apalagi yang tidak bersalah/bukan musuh.
c.”menghancurkan kekuatan mereka di negeri ini”. Negeri ini?? Menghancurkan itu seharusnya langsung pada akarnya terlebih dahulu. Sampai negeri Indonesia ini hancur pun (karena ulah kalian) apakah penyerangan terhadap kaum muslim akan terhenti??
d. Dia bilang hakikat Wala’(loyalitas) dan Baro’(permusuhan). Maka penulis berbalik menyatakan hakikat Harby(kafir yang menyerang) dan Dzimmy(kafir yang tidak menyerang/berdamai), agar mereka renungkan juga. Dan mereka mengkhususkan pada klub sepak bola Mancester United (MU). Ini lucu sekali. Laksana pertandingan gulat antara bola dan bom.
e. Mereka juga menyatakan sebagai petunjuk dan obat hati bagi kaum muslimin yang terdholimi di seluruh dunia. Hal ini perlu mereka lihat kenyataannya. Dan mereka harus bertanya secara langsung pada kaum muslim yang terdholimi di seluruh dunia, bahwa sikap brutal yang mereka lakukuan itu bisa sebagai obat hati atau justru menjadikan lebih sakit dan kecewa di hati kaum muslimin.
f. Mereka harus berhati-hati dengan kata-kata ”menganugerahkan”, dan ”karunia Allah dan karomahNya”.
g. Jangansampai kalimat ”biidznisysyaithan” menempati kalimat mereka ”biidznillah”
h. ”SARIAH JABIR”(Pleton pasukan/singa yang perkasa) dan ”SARIYAH DR. AZHARI”(Pletonpasukan/singa Dr. Azhari) memang terdengar bagus sekali. Tapi sayangnya sariyah itu belum jinak.
Gaya terjemah qur’an yang ia gunakan mirip dengan terjemah dari Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Departemen Agama R.I., CV Toha Putra, semarang. Ini menjadi satu hal yang memungkinkan bahwa blog bushro itu bukan dibuat di negara asing, seperti Amerika.
Mereka mempunyai niat dan cita-cita yang kuat untuk membela agama. Hanya saja mereka memilih jalan yang tidak tepat. Kutukan dan cercaan tidak akan menghentikan aksi nekat mereka. Perlu adanya pendekatan serius untuk mencoba bergaul dengan mereka.
Wahai para teroris, saya dan kalian berada di payung agama yang sama. Saya menyayangi kalian. Maka saya ingin banyak berbincang dengan kalian, bermusyawarah untuk mengambil sikap yang terbaik, tanpa dengan amarah dan nafsu iblis.
jika kau sedang berada pada suatu hal, dan kau melihat sesuatu dengan cara yang sama seperti orang lain melihatnya, maka tidak ada gunanya kau berada di situ