Judul diatas hanya selintas otak pribadi saya yang belum diresmikan. Karena –saking bodohnya saya-, mulai dari dalam al-Qur’an, injil kristiani (al-kadzdzab), buku-buku teologi, bahkan sampai majalah “HOT”pun belum juga saya temukan surat keputusan itu. Justru tersurat bahwa orang baik akan dimuliakan di surga “selamanya”(kekal), dan orang jahat serta iblis akan dijebloskan ke neraka “selamanya”. Seperti yang telah tertulis pada
Kata Kholidun, Abqoo, ataupun
Kita tak mungkin pungkiri. Dan orang mu’min –baik tulen maupun topeng- darimanapun pasti juga mengakui bahwa Alloh itu Maha Kekal, dan tidak ada satupun dari selain Beliau yang bisa menyaingi kekekalan itu, termasuk surga dan neraka. Kata “kekal” masih ada ekor kalimat di belakang, yaitu, “selama Alloh berkehendak”. Bahkan jika Alloh menghendaki surga dan neraka dihapus dari sekarang, maka tamatlah riwayat mereka.
Karena itu, Tuhan mengingatkan pada kita agar saat kita beribadah, janganlah surga yang kita harapkan. Percuma, kita mengharapkan sesuatu yang –mungkin- bakal musnah juga. Kalau kita berniat beribadah untuk mendapatkan surga, lalu apa bedanya dengan kita berusaha menikahi seseorang karena ingin menikmati harta kekayaannya?. Maka, ayo kita hanya mengharapkan Alloh se-Tuhan, yang kekal tak ber-usia. Karena jika kita dapat bertemu dan mendapatkan Alloh, maka –otomatis- saat itu pula kita berada di surga, yang tak perlu kita memintanya.
Seperti halnya di dunia, ibarat kita hanya mampir sebentar di warung untuk minum. Maka di surga kita juga hanya mampir untuk makan di restoran termegah. Hingga –saking betahnya- kita tak mau keluar dari situ. Sampai pada saat restoran itu dimusnahkan, kitapun ikut musnah.
Kemudian mari kita lebih mengupas tafsiran sebuah ungkapan yang masyhur dari Abu nawas;”Oh Tuhanku, aku tidak pantas menjadi penduduk surga. Dan aku tidak kuat berada di neraka”. Dari ungkapan ini ada semacam “penolakan” terhadap dua hal; yaitu surga (karena malu atas dosa-dosanya) dan neraka (karena tak sanggup menahan siksa). Karena dengan keadaan seperti itu, lalu Abu nawas hanya mempunyai satu alternatif yaitu tidak berjalan menuju keduanya, tapi berjalan menuju Alloh. Setelah sampai pada Alloh, terserah kepada-Nya Abu nawas akan diistirahatkan dimana. Dengan keyakinan bahwa Alloh Maha Adil dan Bijaksana. Jadi, pesan moral dari ungkapan Abu nawas di atas, bukannya ”Ayo kita banyak beribadah, agar tidak malu ketika meminta surga”. Tapi yang benar adalah,”Ayo kita banyak beribadah, agar cepat sampai pada hati/ridlo Alloh”.
Ma’af surga, sama sekali bukan maksud saya merendahkan ke-populer-an anda. Saya juga sangat ingin bertemu anda dan bercumbu dengan bidadari-bidadari yang cantiknya melebihi arti kata “cantik”. Saya hanya ingin lebih jauh mengenal anda. Siapa dan bagaimana anda sebenarnya.
Andai kita bisa diskusi bareng dengan malaikat Ridlwan dan malaikat Malik…..
Wallohu a’lam….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar