Senin, Agustus 10, 2009

JALAN PINTAS MENUJU ROMA: KRITIK ANALISIS WACANA


Banyak orang menganggap bahwa Analisis Wacana adalah sebuah mata pelajaran. Hingga barang siapa yang tidak pernah mempelajarinya atau kurang serius mempelajarinya, maka dianggap tidak bisa beranalisis wacana.

Kemudian banyak juga orang yang menganggap bahwa analisis wacana itu pelajaran yang sulit, bahkan membingungkan karena banyak di dalamnya istilah-istilah asing dan pembagian-pembagian. Karena itu mereka takut atau malas berdiskusi tentang Analisis Wacana.

Tapi menurut penulis, Analisis Wacana lebih tepat merupakan sikap reflek yang spontan terjadi pada manusia (manusiawi). Ada yang secara kecil (sebentar), dan ada yang secara besar (lama) dalam prakteknya. Jadi, siapapun bisa melakukannya, bahkan dengan tanpa disadarinya.

Wacana itu bisa berupa apa saja yang mempunyai kapasitas 5W 1H, walau sekecil apapun. Jika seseorang menemui suatu permasalahan kemudian memikirkannya sejenak, maka dia pun telah beranalisis wacana, walau ia tidak pernah mengikuti pendidikan itu.

Sedangkan proses Analisis Wacana sebenarnya sangatlah sederhana dan samasekali tidak sulit. Kita menemukan suatu benda/permasalahan, kemudian kita mencari tahu asal-muasal perkara itu, kemudian bagaimana proses terbentuknya perkara itu, lalu yang terakhir, apa pengaruh yang timbul darinya. Kemudian jika ingin melebar lebih jauh, kita bisa kembangkan dengan mencari tahu juga pendukung-pendukung lain, dampak buruk yang mungkin terjadi, memikirkan apa yang bisa kita sikapi dari perkara itu, dan lainnya.

Seorang bayi yang sedang digendong orang selain ibunya, dia akan berfikir bahwa orang yang menggendongnya terlihat lain dari biasanya. Bahkan mungkin cara mengangkatnya pun berbeda. Selain itu dia juga teringat pada wajah ibunya yang berbeda dengan orang yang sedang menggendongnya. Dia merasa tidak nyaman, takut, bingung, kemudian menangis. Proses yang panjang itu hanya terjadi dalam beberapa detik saja. Dan penulis sudah menamakan hal itu sebagai proses Analisis Wacana.

Maka mulai sekarang, jangan tertipu dengan kulit luar. Kita sendiri mempunyai akal yang bebas berfikir, menembus kulit, dan langsung menggapai inti terdalam, yang biasanya lebih sangat sederhana dari pada persangkaannya.

Banyak jalan menuju Roma. Tapi pasti ada juga jalan pintasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar